-->
Pasang Iklan

Review dan Sinopsis Arus Balik Pramoedya Ananta Toer

Spot Iklan 768x90 120x120 300x250 Tersedia, Hubungi Via Facebook

Jika hidup itu ibarat kopi, mungkin pahit rasanya. Tapi bukan berarti kita tidak bisa berfikir untuk membuat kopi itu menjadi manis untuk dinikmati. Carilah sesuatu yang bisa menjadikan hidup itu menjadi manis, bukankah soal rasa hanya masing-masing dari kita yang menciptakannya?

Selamat menikmati Hidup :-)



Keterangan


Judul Buku : Arus Balik : 

Penulis : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit : Hasta Mitra

Genre : History

Terbit : 3 Maret 2001 cetakan ke 4

ISBN : 9789798659041

Dimensi Buku : 15 cm x 21 Cm

Jumlah Halaman : 780

Negara : Indonesia

Bahasa : Indonesia



Karakter



  • Wiranggaleng
  • Wilwatika
  • Rama Cluring
  • Idayu
  • Muhamad Firman
  • Sunan Bonan
  • Raden Trenggono
  • Ki Aji Benggala
  • Adipati Unus
  • Raden Patah


Review



Buku Literatur Maritim Nusantara yang berjudul Arus Balik atau merupakan karya ke 36 Pramoedya Ananta Toer, sebuah epos pasca kejayaan Nusantara sebagai kekuatan dan kesatuan maritim pada awal abad 16.

Buku ini adalah salah satunya Tetralogi dari Bumi Manusia, Anak semua Bangsa dan Jejak Langkah, mengisahkan sebuah arus yang berbalik, setelah keruntuhan kerajaan Majapahit (1478 M) membuat Nusantara yang dahulunya merupakan mercusuar dari Selatan dan membawa arus ke arah Utara, akhirnya harus menerima kenyataaan bahwa arus telah berbalik. Hingga pada akhirnya Indonesia dan sekitarnya (Nusantara saat itu) harus menerima kenyataan sekian abad budaya baru yang kemudian berasimilasi membentuk wajah baru. 


Nusantara menjadi saksi bisu, kehebatan kerajaan besar penguasa arus selatan hingga mampu menerjang penguasa kerajaan utara. Majapahit, menjadi kekuatan maritim terbesar pada abad nya (1350 - 1389 M), mengusai hampir seluruh bagian dari negara Indonesia saat ini, hingga Singapura (Tumasik), Malaysia (Malaya), dan beberapa negera ASEAN lainya. Tapi, itu hanya kisah dongeng masa lalu bagi masyarakat desa saat itu. Kerajaan Majapahit sudahlah hancur dalam perang saudara tak berkesudahan, wafatnya sang Mahapatih Gajah Mada menjadi titik awal, kemudian berturut-turut peristiwa menggrogoti kerajaan ini, dan akhirnya lenyap setelah kedatangan agama Islam.

Arus Balik mengungkap seputar intrik dan permainan politik yang berujung pada runtuhnya kejayaan Tuban. Letupan-letupan konflik agama lama, Hindu-Budha, dan agama baru, Islam juga muncul. Wiranggaleng tidak ingin perbedaan agama membuat orang merestui penindasan terhadap yang lain. Adipati Tuban sudah memeluk Islam, sedang Galeng beragama Hindu.

Salah satu hal yang admin sukai, jarang ada yang mau dan berani memasuki masa antara jatuhnya majapahit dengan maraknya kota-kota islam di jawa. Novel ini salah satu dari yang mau dan berani itu. Beda dari tetraloginya yang sarat dengan data, di novel ini imajinasi pengarang sangat kuat berperan. sindiran-sindiran tajam menusuk-nusuk pada para tokoh agama dan bangsawan yang tidak mereka sadari telah hanyut dan menghanyutkan dalam arus balik

Jauh sebelum penerbitannya novel ini adalah proyek studi sejarah Nusantara yang dilakukan Pramoedya sebelum ditahan pada 1965. Semasa di penjara menulis hasil kembali risetnya di Pulau Buru (1969­1979) tanpa catatan proyek studi sejarah, sehingga dihasilkan bukanlah sebuah thesis sejarah, tetapi novel sejarah sebagaimana juga halnya dengan sejarah gerakan kebangkitan kebangsaan Indonesia yang dituangkannya dalam bentuk novel tetralogi, sama halnya novel Di Bawah Lentera Merah yang di larang peredarannya oleh Jaksa agung karena di anggap mengganggu ketertiban umum serta sang penulis Pramoedya Ananta Toer di anggap sebagai pemberontak. Terlepas dengan hal itu, eksistensi buku ini tak bisa dikesampingkan akan pengetahuan yang diberikan.

Akhir kata 

Berbahagialah kau yang bisa bersakit hati, pertanda masih ada hati, dan ada cinta di dalamnya. Tapi macam cinta apa kau kandung dalam hatimu? Cinta pada kebebalan adalah juga kebebalan, "Sakit memang untuk menerima kenyataan dimasa lalu, namun itu adalah sejati yang selalu setia menemani hingga kamu yang sekarang ini"



Sinopsis




Semasa jayanya Majapahit, Nusantara merupakan kesatuan maritim dan kerajaan laut terbesar di antara bangsa-bangsa beradab di muka bumi. Arus bergerak dari selatan ke utara, segalanya: kapal-kapalnya, manusianya, amal perbuatannya dan cita-citanya, semua bergerak dari Nusantara di selatan ke 'Atas Angin' di utara. Tapi zaman berubah...

Arus berbalik bukan lagi dari selatan ke utara tetapi sebaliknya dari utara ke selatan. Utara kuasai selatan, menguasai urat nadi kehidupan Nusantara. Perpecahan dan kekalahan seakan menjadi bagian dari Jawa yang beruntun tiada hentinya.
Pasang Iklan
b Comments