-->
Pasang Iklan

Review dan Sinopsis Di Bawah Lentera Merah Soe Hok Gie

Spot Iklan 768x90 120x120 300x250 Tersedia, Hubungi Via Facebook

Jika hidup itu ibarat kopi, mungkin pahit rasanya. Tapi bukan berarti kita tidak bisa berfikir untuk membuat kopi itu menjadi manis untuk dinikmati. Carilah sesuatu yang bisa menjadikan hidup itu menjadi manis, bukankah soal rasa hanya masing-masing dari kita yang menciptakannya?

Selamat menikmati Hidup :-)



Keterangan


Judul Buku : Di Bawah Lentera Merah : Riwayat Sarekat Islam Semarang 1917-1920

Penulis : Soe Hok Gie

Penerbit : Bentang Pustaka

Genre : History, Political Society

Terbit : 20 Mei 1990

ISBN : 9793062614

Dimensi Buku : 170 mm x 270 mm

Jumlah Halaman : 110

Negara : Indonesia

Bahasa : Indonesia



Karakter



  • Mohammad Yusuf / Semaoen
  • Dr.Tjokroaminoto
  • Darsono 
  • Soepardi
  • Aloei
  • Jahja Aldjoefri
  • H. Boesro
  • Amathadi
  • Mertodidjojo
  • Kasrin 
  • Abdoel Moeis
  • Marco Kartodikromo
  • Martowidjojo
  • Z. Mohamad
  • Dr. Tjipto Mangunkusumo
  • M.H. Nizam Zoeny
  • Moh. Arief
  • Wignjadisastra
  • H. Misbach
  • Sosrokardono
  • Soerjopranoto
  • Haji Agoes Salim




Review




Buku yang berjudul Di Bawah Lentera Merah : Riwayat Sarekat Islam Semarang 1917-1920 merupakan karya kedua Soe Hok Gie setelah menerbitkan buku Catatan Seorang Demonstran pada 1983 dan buku lainnya bergenre sama yakni ; Zaman Peralihan (1995) dan Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan: Kisah Pemberontakan Madiun 1948 (1997).


Di Bawah Lentera Merah adalah buku karangan Soe Hok Gie yang merupakan skripsi sarjana mudanya, menarasikan satu periode krusial dalam sejarah Indonesia yaitu ketika benih-benih gagasan kebangsaan mulai disemaikan, antara lain lewat upaya berorganisasi. Melalui sumber data berupa kliping-kliping koran antara tahun 1917-1920-an dan wawancara autentik yang berhasil dilakukan terhadap tokoh-tokoh sejarah yang masih tersisa, penulisnya mencoba melacak bagaimana bentuk pergerakan Indonesia, apa gagasan substansialnya, serta upaya macam apa yang dilakukan oleh para tokoh Sarekat Islam Semarang pada kurun waktu 1917-an.

Buku ini secara garis besarnya mengulas mengenai proses terbentuknya organisasi PKI yang di prakarsai oleh orang-orang di Sarekat Islam Semarang, diantaranya Semaoen, dan Darsono. Dimulai dengan latar belakang sosial masyarakat Indonesia yang mengalami ketidakadilan oleh orang Belanda dan Orang Priyai Pribumi.  Sebagai sebuh organisasi, Sarekat Islam menjadi pusat perlawanan terhadap pejajahan Belanda  kala itu mengalami perbedaan gagasan tentang bagaimana bentuk perlawaan dan hasil yang diingkan pasca revolusi. Akibat perbedaan itu, SI- Semarang bersama ISDV (sebuah perkumpulan sosialis Belanda) membentuk Perserikatan Komunis di Hindia.

Dalam buku ini, kita bisa melihat tokoh-tokoh tradisional lokal pada tahun 1917 memberikan gagasan yang transpormatif dari wacana tradisional ke wacana modern  dalam menyikapi perubahan sosial masyarakat awal dan hingga sekarang bisa dijadikan acuan rujukan guna melihat asal mula wajah Indonesia. Seperti pada tokoh Semaoen yang kala itu memimpin SI-Semarang, dimana seluruh anggotanya berasal dari kalangan buruh dan rakyat miskin. Hal ini menjadi sangat penting bagi sejarah Indonesia sebab mejadi awal mula dari pergerakan kaum marxis di indnesia. 


Setelah penerbitannya, banyak ahli sejarah mengkritisi sumber yang digunakan hanya dari wawancara dan surat kabar sehingga buku ini terkesan kurang terpercaya. Akibatnya, banyak menimbulkan perdepatan dan pada 23 Desember 2009, Kejaksaan Agung mengumumkan pelarangan peredaran buku ini dengan alasan mengganggu ketertiban umum serta sang penulis Soe Hok Gie di anggap sebagai pemberontak. Terlepas dengan hal itu, eksistensi buku ini tak bisa dikesampingkan akan pengetahuan yang diberikan.



Sinopsis




Jika bangsa Indonesia setiap tahun memperingati tanggal 20 mei 1908 sebagai Hari Kebangkitan Nasional, maka seyogyanya juga tertuju kepada momentum sejarah seperti yang dilukiskan Soe Hok Gie “Di Bawah Lentera Merah” ini. Persepsi yang menyederhanakan kebangkitan nasional hanya dengan Budi Utomo, terang terlalu sempit, tidak demokratis, dan sesungguhnya sudah lama tidak masuk akal. Begitupun sebaliknya, misalnya, hanya menomorsatukan Islam atau tokoh-tokohnya sebagaimana yang telah diupayakan beberapa orang, akan membawa kita juga ke jurang persepsi yang tidak demokratis. Adapun alasannya, sebagian akan Anda pahami ketika membaca karya ringkas ini.



Penasaran ingin membaca bukunya secara online atau download kedalam versi E-book? silahkan klik link di bawah ini



Pasang Iklan
b Comments