Review dan Sinopsis Bukan Untuk Dibaca Deassy M Destiani
Spot Iklan 768x90 120x120 300x250 Tersedia, Hubungi Via Facebook
Jika hidup itu ibarat kopi, mungkin pahit rasanya. Tapi bukan berarti kita tidak bisa berfikir untuk membuat kopi itu menjadi manis untuk dinikmati. Carilah sesuatu yang bisa menjadikan hidup itu menjadi manis, bukankah soal rasa hanya masing-masing dari kita yang menciptakannya?Selamat menikmati Hidup :-)
Keterangan
Judul Buku : Bukan Untuk Dibaca
Penulis : Deassy M Destiani
Penerbit : Era Adicitra Intermedia
Genre : Ins
Terbit : Februari 2013
ISBN : 978-979-8340-17-8
Dimensi Buku : 145 mm x 205 mm
Jumlah Halaman : 514
Website Resmi :
Negara : Indonesia
Bahasa : Indonesia
Review
Buku yang berjudul Bukan Untuk Dibaca merupakan buku pertama yang di tulis Deassy M Destiani menggambarkan bahwa setiap kejadian yang dialami adalah sebuah pengalaman, tidak hanya berasal dari diri sendiri, namun dari berbagai peristiwa, kejadian, kisah, yang disampaikan langsung oleh orang lain ataupun lewat lembaran tulisan. Beberapa tulisan juga bersumber dari website para motivator terkenal, seperti Mario Teguh dan Andre Wongso. Untuk tulisan dari para motivator tersebut, Deassy M. Destiani sudah mendapatkan izin untuk share di dalam buku ini.
Buku ini dibagi dalam beberapa tema tulisan, antara lain tentang keluarga dengan mengangkat cerita-cerita inspiratif seputar ibu, ayah, belajar dari anak, suami istri, serta cinta dan harapan. Selain itu terdapat juga tema umum, yakni kumpulan cerita inspiratif yang dikemas ke dalam tema-tema kerja, kebaikan, kebahagiaan, ikhlas dan bersyukur, bijaksana, hikmah, serta motivasi.
Dengan membaca buku ini, kisahnya mengajak kita untuk selalu optimisme dalam menatap masa depan. Seolah tidak ada masalah yang tidak bisa terselesaikan. Hidup harus tetap dijalani, tidak ada kata mundur menghadapi sebuah tantangan, karena masa depan adalah milik mereka yang berani dan tangguh untuk menghadapinya. Kita tidak boleh mengeluh atas sebuah kondisi yang terjadi, karena ada orang lain yang juga kondisinya jauh di bawah kita. Kita jangan merasa seolah hanya pantas menerima kondisi yang baik-baik saja, sebaliknya ketika menghadapi sakit, kesulitan, kegagalan, menganggap seolah-olah Tuhan berlaku tidak adil. Hidup bagaikan roda berputar, kadang di atas kadanga di bawah. Jangan pernah mengeluh atas setiap kesulitan yang dihadapi, tapi tetaplah terus berupaya karena dibalik sebuah kesulitan, akan ada sebuah kemudahan
Jika anda pernah membaca buku karya Jack Canfield, yakni Chicken Soup For The Soul, mungkin anda akan tercengang dan tidak percaya bahwa cerita-cerita di dalamnya adalah kisah nyata. Buku Chicken Soup For The Soul telah menginspirasi banyak orang di dunia. Hal ini bukan karena pengambilan tema cerita yang berat ataupun penulisan pola naratif, namun justru karena temanya sederhana, ceritanya singkat dan ringan, serta menginspirasi.
Begitu juga dengan buku ini
Buku ini terbit dengan judul provokatif plus latar belakang hitam ini berhasil menarik perhatian saya, mengandung pesan tersirat bahwa buku ini memang tidak dan bukan untuk dibaca, melainkan untuk diresapi makna yang tersirat dari cerita-cerita sederhana, sehari-hari, tentang keluarga, orang tua, hidup, dan juga cinta.
Akhir kata, Buku sederhana ini disertai bahasa yang mudah dicerna tak sederhana dalam Menginspirasi, menyentuh, menggugah pembacanya. Sudah tentu buku ini cocok untuk banyak kalangan.
Sinopsis
Alkisah ada seorang ibu bermata satu yang sangat dibenci anak kandungnya sendiri. Anak itu merasa sangat malu memiliki ibu yang sangat menakutkan itu. Baginya ibunya sangat memalukan. Setiap hari ia mendapat cacian dari teman-teman sekolahnya. Dia merasa tertekan dan ingin segera keluar dari rumah dan tidak berhubungan lagi dengan ibunya.
Suatu kali ia membentak ibunya dengan suara amat keras “Kalau ingin membuatku jadi bahan tertawaan dan ejekan, kenapa tidak mati saja?!” ucapnya dengan sangat marah. Keinginan si anak tercapai, ia mendapat beasiswa ke luar negeri. Akhirnya ia studi, menikah dan memiliki anak di sana. Suatu waktu ibu bermata satu menjenguknya di Singapura. Sesampai di depan pintu, anak-anaknya melihat dan ketakutan. Saat itu juga, anak kandungnya mengusir si ibu pergi.
Setahun kemudian, si anak pulang ke Indonesia karena ada reuni di sekolahnya. Ia melewati rumah masa kecilnya. Tetangga yang mengenalnya memberikan sepucuk surat kepadanya dan mengatakan bahwa ibunya telah meninggal.
Isi suratnya tersebut: “Anakku tercinta aku memikirkanmu setiap saat. Maafkan mama waktu mama ke Singapura dan menakut-nakuti anak-anakmu. Maafkan mama, jika membuat kamu malu di hadapan teman-temanmu dulu. Semoga kamu mengerti bahwa pada waktu kamu masih kecil, mama tak sanggup melihat anak mama tumbuh dengan satu mata saja, jadi mama berikan satu mata untukmu. Aku bahagia karena anakku akan memperlihatkan seluruh dunia untukku, dengan mata itu. With love, mama."